Bukan seni berbenah ala Jepang, ya.
Jika postingan pertama tadi membahas masalah-masalah dalam rumah tangga, maka postingan kedua ini akan membahas salah satu dari sekian banyak pekerjaan rumah tangga. Apa itu? Jawabannya adalah beres-beres. Ternyata, beres-beres itu ada seninya, lho. Biar menyenangkan dan menenangkan, katanya. Kira-kira hal apa saja yang menjadi dasar bahwa beres-beres itu butuh seni? Yuk, langsung saja kita bahas dalam postingan kali ini.
Judul Buku: The Life-Changing Magic of Tidying Up
Pengarang: Marie Kondo
Penerjemah: Reni Indardini
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: Agustus 2016
ISBN: 9786022912446
Siapa, sih, yang nggak kenal Marie Kondo? Itu lho, seorang penulis sekaligus konsultan berbenah dari Negeri Sakura. Namanya populer beberapa tahun belakangan, bukan? Itu karena beliau membuat terobosan dalam dunia beres-beres yang disebut Metode KonMari. Kemudian, metode itu dituangkannya ke dalam buku berjudul The Life-Changing Magic of Tidying Up yang diterbitkan oleh Sunmark Publishing pada tahun 2011. Buku tersebut telah terjual lebih dari 5 juta eksemplar di seluruh dunia. Best seller nomor 1 di New York Times. Dan, Metode KonMari ini telah dipraktikkan oleh orang-orang dari berbagai negara. Pada tahun 2016, buku ini diterbitkan dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit Bentang Pustaka.
Meskipun begitu, saya baru mengetahui keberadaan buku ini pada tahun 2018 dari media sosial. Saya pun baru membacanya tahun 2022.
Salah satu fakta mencengangkan yang saya temukan, ternyata masuknya buku ini ke Indonesia disebabkan 'hasutan' penulis idola saya, Dee Lestari, kepada CEO Bentang Pustaka untuk segera menerjemahkan dan menerbitkan buku ini ke dalam Bahasa Indonesia. Rasanya saya ingin berterima kasih kepada beliau yang turut andil dalam menghadirkan buku bagus dan penting ini.
Tujuan Buku Ini Ditulis
Buku ini memiliki tujuan mengilhami pembacanya supaya siap menjajal "beres-beres khusus", yaitu merapikan rumah sesegera mungkin. Bukan "beres-beres harian" yang berfungsi untuk mengembalikan sesuatu pada tempatnya.
Sekilas Tentang Isi Buku
Setelah membaca keseluruhan isi buku, intisari yang saya rangkum untuk dipraktikkan di rumah adalah sebagai berikut:
1. Membuang sampai tuntas terlebih dahulu
Maksudnya adalah: buanglah barang yang tidak perlu. Jika barang itu membangkitkan kegembiraan, maka simpanlah. Jika tidak, buanglah.
Caranya: pegang barang satu per satu.
Akan tetapi, jangan fokus pada barang yang hendak dibuang. Tetaplah fokus pada barang yang ingin disimpan.
2. Simpan barang sesuai kategori, bukan lokasi.
3. Berbenah sesuai urutan yang benar
Urutannya adalah: pakaian, buku, kertas, komono (pernak-pernik), dan kenang-kenangan. Jika dimulai dari barang penuh kenangan, maka kegiatan berbenah akan gagal.
4. Berbenahlah sekaligus sampai tuntas. Luangkan waktu khusus. Karena jika berbenah setiap hari, itu artinya berbenah tanpa henti.
5. Jangan sampai proses berbenah dilihat oleh anggota keluarga. Karena ada kalanya orang tua merasa waswas apabila melihat anaknya membuang barang.
6. Simpan barang dengan tatanan sesederhana mungkin. Jangan menyimpan di tempat yang tersebar-sebar.
7. Simpan barang secara vertikal (berdiri). Jangan ditumpuk.
Selain cara berbenah, Marie Kondo mengajak kita untuk memperlakukan barang layaknya manusia yang memiliki perasaan. Seni berbenah menurut Marie Kondo bukan sekadar beres-beres dan merapikan barang. Tetapi juga membuang barang yang jarang digunakan dan tidak membangkitkan kegembiraan--meskipun memiliki nilai fungsional, serta cara mengikhlaskan mereka.
Ada pula beberapa manfaat yang dapat kita rasakan ketika membenahi rumah. Menurut Marie Kondo, membenahi rumah adalah cara ampuh untuk menguak apa yang kita sukai. Orang-orang yang telah berbenah secara menyeluruh dan sampai tuntas, sekaligus, mengalami perubahan hidup yang dramatis, tanpa kecuali. Membuang barang yang tidak perlu sama dengan men-detoks rumah, yang juga berfungsi men-detoks pikiran. Sehingga pikiran menjadi damai usai berbenah. Jadi, berbenah sampai tuntas dapat menjernihkan pikiran.
Penilaian Saya Untuk Buku Ini
1. Ide Buku
Meskipun di sampulnya tertulis seni berbenah ala Jepang, saya lebih setuju jika ditulis seni berbenah dengan Metode KonMari. Mengapa? Karena kebanyakan klien Marie Kondo dari Jepang adalah para ibu yang telah berusia lanjut. Tentunya beres-beres telah menjadi rutinitas sehari-hari. Tetapi mereka tetap kembali ke kebiasaan berantakan. Usai menerapkan Metode KonMari, para klien tersebut tidak lagi melakukannya.
Selain para lansia, banyak juga perempuan muda dari berbagai kalangan yang menjadi klien Marie Kondo. Lalu, mereka yang baru saja mendaftar, harus masuk daftar tunggu selama tiga bulan.
Jadi, buku ini ditulis Marie Kondo untuk para klien jarak jauh.
2. Gaya Penulisan
Dengan sudut pandang orang pertama, Marie Kondo memaparkan Metode KonMari dengan jelas dan detail. Rasanya saya seperti tidak sedang membaca buku non-fiksi, tetapi seperti berhadapan langsung dengan sang konsultan. Gaya bahasanya ringan, mudah dipahami, dan tidak membosankan. Di sela-sela penjabarannya, beliau memberikan contoh-contoh kasus yang dialami para klien beserta solusinya. Hingga mereka akhirnya dapat berbenah dengan tuntas.
Metode KonMari tidak ditemukan secara kebetulan dan instan. Metode ini lahir dari naluri Marie Kondo yang memiliki hobi beres-beres sejak kecil. Beliau menerapkan suatu metode, gagal, kemudian belajar dari kesalahan. Menerapkan metode lain, gagal lagi, mengganti metode lagi. Berkali-kali. Hingga pada puncak frustrasinya, perspektifnya pun berubah. Beliau mulai mengidentifikasi dan mempertahankan barang-barang yang membawa kebahagiaan.
Di tengah membaca buku ini, saya langsung terbayang betapa berantakannya kamar saya. Pakaian, buku, pernak-pernik, saya bisa langsung tahu mana yang sering saya gunakan, mana yang jarang, mana yang membuat saya bahagia, dan mana yang tidak. Begitu pula dengan kertas-kertas yang berisi catatan-catatan ide, tapi tidak kunjung saya eksekusi. Rasanya saya harus sesegera mungkin meluangkan waktu untuk berbenah dengan menggunakan Metode KonMari.
Buku ini sangat recommended untuk semua kalangan. Laki-laki, perempuan, tua, muda, lajang, dan yang punya pasangan. Saya rasa kalian harus membaca buku ini jika menginginkan rumah yang bersih dan rapi, serta pikiran tenang dan damai tanpa kembali lagi ke kebiasaan berantakan.
Rating 8.7 dari 10 untuk buku The Life-Changing Magic of Tidying Up.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar